LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN 8
SISTEM ZAT
CAIR TIGA KOMPONEN DIAGRAM TERNER
OLEH
KELOMPOK 2
KELAS C
ARIEF PRATAMA AVISHA (1407122976)
MAGGIE DARLENE LAUTAMA (1407113363)
ROHAYA (1407123782)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bila
dua zat cair dicampur dengan komposisi yang berbeda-beda maka akan terdapat
tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu :kedua zat cair dapat bercampur dalam tiap
komposisi, kedua zat cair tidak dapat bercampur dengan yang lainnya atau tidak
bercampu rsama sekali, zat cair dapat bercampur hanya pada komposisi tertentu
(Hiskia, 1999).
Kemudian
bila suatu sistem terdiri dari dua lapisan cairan yang tidak bercampur atau
bercampur sebagian, jika ditambahkan zat ketiga yang larut dalam kedua lapisan
tersebut, maka zat tersebut akan terdistribusi diantara kedua lapisan dengan
perbandingan tertentu, selain itu dalam larutan terdapat dua macam kemungkinan terjadinya kesetimbangan
antara lain yang pertama, kesetimbangan yang terbentuk dapat berupa
kesetimbangan heterogen atau homogen, dimana kesetimbangan adalah kesetimbangan
yang terjadi pada campuran dalam fase yang sama maupun dua fase yang berbeda
(Atkins,1999).
Salah satu cara untuk memperlihatkan variasi
kesetimbangan fase dengan sistem komposisi digunakan diagram fase segitiga,
diagram ini berupa satu segitiga sama sisi yang disebut “Diagram Terner”,
dengan tiap sudut segitiga tersebu tmenggambarkan suatu komponen murni, jika
dalam system hanya terdapat satu fase maka V=2, berarti untuk menyatakan suatu
system dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya,
sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fase kesetimbangan maka V=1, berarti
hanya satu komponen yang harus ditentukan
konsentrasinya dan konsentrasi komponen lain sudah tertentu berdasarkan diagram
fase untuk system tersebut (Alberty, 1992). Oleh karena itu system tiga
komponen pada suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2
(jumlah minimum=1), maka diagram system ini dapat digambarkan dalam suatu
bidang datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni
(Sukardjo, 1997).
1.2
Tujuan
Membuat kurva kelarutan suatu
cairan yang terdapat didalam campuran dua cairan tertentu.
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu Fase didefinikan sebagai bagian sistem yang
seragam atau homogeny diantara keadaan subsmakroskopiknya, tetapi benar – benar
terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik (Atkins,
2006). Campuran padatan atau dua cairan tidak dapat bercampur, tetapi dapat
membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gas – gas adalah satu fase karena
sistemnya yang homogen. Simbol umum fase adalah P (Dogra, 2009).
Komponen merupakan
suatu hal yang biasanya terdapat didalam suatu campuran, baik cairan,
padatan maupun gas. Jumlah komponen – komponen dalam suatu sistem didefinikan
sebagai jumlah minimum dari “variabel bebas pilihan” yang dibutuhkan untuk
menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu sistem (Dedi, 2011). Jumlah
komponen didalam suatu campuran dilambangkan dengan C (Dogra, 2009).
Jumlah minimum variabel intensif yang harus dipilih
agar keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan, disebut dengan derajat
kebebasan (Atkins, 2006). Jumlah minimum variabel intensif dapat berupa
temperature, tekanan dan konsentrasi. Untuk derajat kebebasan yang invariant
dilambangkan dengan V = 0, bila univarian dilambangkan dengan V = 1, bila
bivarian dilambangkan dengan V = 2, Namun, secara umum derajat kebebasan
dilambangkan dengan V atau F (Dogra, 2009).
Aturan fase gibbs memberikan suatu hubungan antar derajat
kebebasan dalam suatu sistem dengan komponen (C) dan fase (P) (Erlinawati,
2012). Hubungan komponen dan fase tersebut dapat dinyatakan kedalam sebuah
rumus yaitu ( Fessenden, 1999) :
V
= C – P + 2 .............................................. (1)
F
= C – P + 2 .............................................. (2)
Menurut aturan fase gibbs, derajat kebebasan untuk sistem
tiga komponen diberikan dengan rumus (Fessenden, 1999) :
F
= C – P +2
=
5 – P ............................................. (3)
Jika
kalau sistem tersebut berada dalam suhu dan tekanan yang konstan, maka
persamaan tersebut akan menjadi (Fessenden, 1999) :
F
= 3 – P ............................................... (4)
Untuk
suhu dan tekanan yang tetap, sistem dengan tiga komponen akan memiliki jumlah
derajat kebebasan gibbs maksimum = 2. Hal ini dikarenakan jumlah fase minimum
yang terbentuk adalah 1 fase (saling melarutkan dan homogen) (Dedi, 2011).
Diagram fase ini dapat kita gambarkan dalam sebuah diagram fase satu bidang.
Dimana dalam menggambarkan sistem tiga komponen dapat dilakukan dengan
mendapatkan sebuah kertas grafik segitiga atau yang dikenal dengan istilah
diagram terner (Alberty, 1983). Diagram terner adalah diagram gasa sistem yang
digambarkan dalam satu bidang datar berupa segitiga sama sis dan dapat
menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa (Oktaviana, 2012).
Konsentrasi
dapat dinyatakan ke dalam presentase % berat atau fraksi mol. Puncak – puncak
dihubungkan ke titik tengah dari sisi yang berlawanan yaitu Aa, Bb, dan Cc.
Titik nol dimulai dari titik a, b, c dan titik A, B, C menyatakan komposisi 100
% atau 1. Jadi, garis Aa, Bb, dan Cc merupakan konsentrasi zat A, B dan C
(Daniels, 1983). Segitiga yang terbentuk adalah segitiga sama sisi, jumlah
jarak – jarak garis tegak lurus dari sembarang titik didalam segitiga ke sisi –
sisi adalah konstan dan sama panjang garis tegak lurus antara sudut dan pusat
dari sisi berlawanan, yaitu 100% atau 1 (Dedi, 2011).
A
100%
c. .b
.P
B
.a
C
100%
100%
Gambar 2.1 Diagram Terner (Atkins, 2006)
1.
Titik
Sudut A : Komponen A murni
2. Titik
Sudut B : Komponen B murni
3. Titik
Sudut C : Komponen C murni
4.
Titik
pada sisi AB : Campuran Biner A dan B
5.
Titik
pada sisi BC : Campuran Biner B dan C
6.
Titik
pada sisi AC : Campuran Biner A dan C
7.
Titik
dalam segitiga : Campuran Terner A, B, dan C (Atkins, 2006).
x%
mol A, y% mol B, dan z% mol C ............................. (5)
x + y + z =100 ................................................. (6)
Didalam membuat diagram fase,
biasanya didalam pemcampuran homogeny A, B, dan C ada komponen A – B dan B – C
yang saling melarutkan tetapi A – C tidak bisa saling melarutkan. Ini
menyebabkan pada diagram terner terdapat daetah kritis dimana kondisi titk tersebut
menunjukkan bahwa suatu larutan dari tidak melarut menjadi tepat melarut dengan
komponen lainnya (Dedi, 2011).
Gambar 2.2
Diagram Terner (Dedi, 2011)
Suatu
sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas, katakanlah x2
dan x3. Jadi, komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan
dalam koordinat cartesius dengan x2 pada salah satu sumbunya, dan x3
pada sumbu yang lain dengan dibatasi garis x2 + x3 = 1
(Oktaviana, 2012). Karena x tidak simetris terhadap ketiga kompinen, komposisi
dialurkan pada suatu segitiga sama sisi dengan setiap sudutnya menggmabarkan
suatu komponen murni. Bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang
titik didalam segitiga, ketiga sisinya sama dengan tinggi setiga tersebut
(Erlinawati, 2012). Jarak antara setiap sudut ke tengah – tengah sisi dibagi,
yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam persen. Untuk
memperoleh titik tertentu dilakukan dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi
segitiga (Konneth, 1993).
Konsentrasi
dapat dinyatakan dalam istilah presentase % berat atau fraksi mol. Sistem tiga
komponen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling
banyak (Mulyani, 2004). Jumlah fase dalam sistem zat cair tiga komponen
bergantung pada daya aling larut antar zat cair tersebut dan suhu. Metode
titrasi digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang
saling melarut sempurna (Sukardjo, 1997). Prinsip kerja diagram terner yaitu
pemisahan suatu campuran yang terdiri dari dua komponen yang saling melarut
sempurna,. Campuran akan berubah menjadi keruh apabila zat telah terpisah dan
membentuk dua lapisan (Fessenden, 1999).
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat
1. Gelas kimia 250 ml 4. Statif
+ klem + buret
2. Erlenmeyer 50 ml 5. Gelas
ukur
3. Aluminium foil 6. Corong kaca
2.2 Bahan
1. Akuades
2. Asam asetat
3. Kloroform
2.3 Prosedurpercobaan
1. Cairan A (Kloroform) dan cairan C (Asam
asetat) dicampurkan dengan komposisi yang telah ditentukan, kemudian campuran
tersebut dimasukkan kedalam Sembilan Erlenmeyer. Campuran tersebut diurutkan
dari Erlenmeyer pertama sampai Erlenmeyer Sembilan sesuai dengan komposisinya
masing-masing, maka didapatlah Sembilan campuran dalam Sembilan labu
Erlenmeyer. Berikut komposisi campuran yang akan dibuat :
No. Labu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
ml A
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
12
|
14
|
16
|
18
|
ml B
|
18
|
16
|
14
|
12
|
10
|
8
|
6
|
4
|
2
|
2. Campuran didalam Erlenmeyer pertama sampai
Sembilan dititrasi dengan cairan B (akuades) sampai tepat timbul keruh. Cairan
B (akuades) yang terpakai, dicatat volumenya.
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
4.1 Hasil
Pencampuran tiga komponen zat cair
Larutan A : Chloroform
Larutan B : Aquadest
Larutan C :
Asam Asetat
Tabel 4.1 Volume Larutan yang Digunakan
No. Labu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
A
(ml)
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
12
|
14
|
16
|
18
|
B
(ml)
|
7
|
6
|
5
|
3.7
|
2.7
|
1.2
|
0.7
|
0.3
|
0.2
|
C
(ml)
|
18
|
16
|
14
|
12
|
10
|
8
|
6
|
4
|
2
|
4.2 Diskusi
Pada
percobaan ini dilakukan pencampuran tiga komponen yaitu Aquades (polar),
Chloroform (non polar) dan Asam Asetat (semi polar). Untuk mengetahui kelarutan
masing-masing komponen, pertama Chloroform dicampurkan Asam Asetat dengan
menggunakan buret. kemudian dititrasi dengan Aquades sampai larutan menjadi
keruh (Chloroform larut sebagian dalam Asam Asetat atau non polar larut
sebagian dalam semi polar, tapi Chloroform tidak larut dalam Aquades atau non
polar tidak larut dalam polar).
Untuk
mengetahui kelarutan masing-masing suatu komponen, dapat dilakukan dengan cara
menghitung fraksi mol masing-masing komponen dalam larutan pada setiap
perlakuan.
Percobaan
yang dilakukan
titrasi Aquadest dengan campuran Chloroform dan Asam Asetat Titrasi
dilakukan kedalam campuran Chloroform
dan Asam Asetat,
dari proses titrasi diperoleh hasil terbentuk dua fasa pada campuran yang berwarna
campuran keruh. Ketiga zat ini bercampur sebagian. Aquades yang sifatnya polar berada pada lapisan
atas karena memiliki massa jenis yang lebih rendah
yaitu 0.977 gr/cm3 sedangkan Asam Asetat yang bersifat semipolar memiliki massa jenis 1.023 gr/cm3 yang lebih besar dari Aquadest dan
massa jenis Chloroform adalah 1.48 gr/cm3.
Setelah
dilakukan proses
titrasi maka didapat volume Aquadest yang
terpakai
pada proses titrasi
pada campuran larutan
Chloroform dan Asam
Asetat sampai campuran menjadi keruh. Untuk mempermudah perhitungan, pada masing-masing
fraksi mol komponen dapat dicari menggunakan Microsoft Excel . Setelah mendapatkan fraksi mol
masing-masing komponen, kemudian plot titik-titik data pada diagram terner
dengan menggunakan software ProSim Ternary Diagram. Program ini untuk mempermudah
pembuatan diagram terner. Cara
Penggunaan ProSim Ternary Diagram adalah sebagai berikut :
1.
Copy semua data fraksi mol yang
didapat pada Microsoft Excel
2.
Double klik icon Prosim Ternary
Diagram
3.
Klik edition
4.
Pilih add a surface type series (
points + fillings )
5.
Klik simbol paste
6.
Kemudian klik ok
Gambar 4.1 Diagram
Terner Tiga Komponen
Pada gambar
4.1 dapat dilihat bahwa pada percobaan ini terdapat beberapa penyimpangan,
karena graik tidak sempurna membentuk setengah lingkaran, adapun penyebab
terjadinya penyimpangan antara lain :
1. Dalam
prosedur kerja, terjadi kekurang telitian dalam proses pengukuran, dan
pengambilan larutan menggunakan buret memberikan sedikit pengaruh terhadap
volume yang diukur.
2.
Dalam
titrasi dengan air (Aquadest) pembacaan buret tidak konstan dan kelebihan pada
proses titrasi sehingga volume Aquadest yang digunakan pada proses titrasi
semakin besar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diagram Terner digunakan untuk menunjukkan hubungan sifat
yang berbeda antara ketiga zat.
2. Zat yang digunakan pada pervobaan Aquadest (polar),
Kloroform (non polar), dan asam asetat (semi polar).
3.
Menandakan proses titrasi selesai yaitu larutan menjadi keruh.
5.2 Saran
1. Praktikan
sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan.
2. Pada saat
proses titrasi harus berhati – hati karena proses titrasi harus dihentikan
ketika melihat perubahan pada larutan (larutan menjadi keruh).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1999. Kimia Fisika. Jakarta :
Depdikbud.
Alberty. 1983. Kimia Fisika. Jakarta :
Erlangga.
Atkins, P.
W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Daniels.
2011. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Dedi. 2011. Kimia Fisika Terapan II. Bandung
: Politeknik Negeri Bandung.
Dogra, S. K. 2009. Kimia Fisika dan Soal – Soal.
Jakarta : UI Press.
Erlinawati. 2012. Kimia Fisika. Palembang
: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Fessenden. 1999.
Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Konneth. 1993.
Prinsip – Prinsip Kesetimbangan Kimia Edisi IV. Jakarta : UI Press.
Mulyani, Sri. 2004. Kimia Fisik I. Jakarta : UPI.
Oktaviana,
Dian. 2012. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo.
1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Bineka Cipta.
LAMPIRAN
TUGAS
1.
Zat yang memiliki sifat sebagai komponen A,B dan C
Zat A : Kloroform ( Nonpolar)
Zat B : Aquadest (Polar)
Zat C : Asam Asetat (SemiPolar)
2.
Hitung
Konsentrasi ketiga komponen dalam % mol untuk tiap campuran ketika terjadi
perubahan fasa, dengan rumus : x1 = x
100%
a.
Kloroform
= 1,48 gr/cm3
Mr
= 119,38 gr/mol
Na =
Xa = x
100%
b.
Aquadest
= 0,977 gr/cm3
Mr
= 18 gr/mol
Nb
=
Xb
= x
100%
c.
Asam
Asetat
= 1,023 gr/cm3
Mr
= 60,05 gr/mol
Nc
=
Xc
= x
100%
Tabel 1.
Konsentrasi Tiga Komponen dalam Fraksi Mol (% Mol)
Mol
A
|
Mol
B
|
Mol
C
|
%
Mol A
|
%
Mol B
|
% Mol C
|
0,024
|
0,379
|
0,306
|
3,485
|
53,409
|
43,105
|
0,049
|
0,325
|
0,272
|
7,654
|
50,270
|
42,074
|
0,074
|
0,271
|
0,238
|
12,731
|
46,448
|
40,820
|
0,099
|
0,200
|
0,204
|
19,661
|
39,812
|
40,526
|
0,123
|
0,146
|
0,170
|
28,119
|
33,240
|
38,640
|
0,148
|
0,065
|
0,136
|
42,482
|
18,599
|
38,918
|
0,173
|
0,037
|
0,102
|
55,315
|
12,108
|
32,576
|
0,198
|
0,016
|
0,068
|
70,144
|
5,758
|
24,097
|
0,223
|
0,0108
|
0,034
|
83,241
|
4,049
|
12,709
|
3.
Gambarkan kesembilan titik pada percobaan diatas pada kertas
grafik dan buat kurva sampai memotong sisi AB dari segitiga.
4.
Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diagram
terner dinyatakan dalam % volume?
Penggambaran
pada diagram terner tidak dapat dinyatakan dalam % volume karena masing masing
larutan memiliki massa jenis dan berat molekul yang berbeda – beda sehingga
dalam penggunaanya bukan hanya volume yang berpengaruh dalam perhitungannya
melainkan juga massa jenis dan berat molekul masing – masing larutan tersebut
agar diperoleh hasil yang akurat. Diagram terner hanya dapat dinyatakan dalam %
mol (fraksi mol) dan % berat.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1.
Mol
zat
a. Chloroform
ρ : 1. 48 gr/cm3
Mr : 119. 38 gr/cm3
b. Aquadest
ρ : 0. 977 gr/cm3
Mr : 18 gr/cm3
c.
Asam
Asetat
ρ : 1.023 gr/cm3
Mr : 60. 05 gr/cm3
2.
Fraksi
Mol Zat
a.
Chloroform
b.
Aquadest
c.
Asam
Asetat
Kak mau nanya nih.
BalasHapusKenapa yah kak gambar dan perhitungan nya gak kelihatan?
Makasih kak