LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN 7
LARUTAN NON
ELEKTROLIT HUKUM RAOULT
OLEH
KELOMPOK 2
KELAS C
ARIEF PRATAMA AVISHA (1407122976)
MAGGIE DARLENE LAUTAMA (1407113363)
ROHAYA (1407123782)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
1. Mempelajari
pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran.
2. Mempelajari
pengaruh gaya hantar molekul terhadap tekanan uap campuran.
1.2
Landasan
Teori
Suatu
larutan dikatakan ideal, jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult pada
seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult secara umum
didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang sama
dengan hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur dan tekanan
yang sama serta fraksi molnya dalam larutan tersebut, yakni fi = xi fi (Dogra, 1990).
Dalam larutan ideal,
semua mengikuti kompenen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum Raoult pada
seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal
dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang
terkandung dalam larutan tersebut” (Syukri,1999).
Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi
kimia diantara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik
ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum
Raoult tidak berlaku bagi larutan tidak ideal encer. Perbedaan ini bersumber
pada kenyataan molekul-molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal
ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan
pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer mengikuti hukum
Henry, bukan hukum Raoult (Petrucci,
1987).
Bila dua
cairan bercampur maka ruang di atasnya berisi uap kedua cairan tersebut.
Tekanan uap jenuh masing-masing komponen (poi) di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh
cairan murni (poi), karena
permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk
menguap berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing (xi) (Syukri, 1999).
|
...................................................................................... (1.1)
|
...................................................................................... (1.2)
|
...................................................................................... (1.3)
Penyimpangan
hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara partikel sejenis dengan
yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A-B lebih besar
dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal disebut penyimpangan
negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada
daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari
larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya
lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa
batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau
sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999).
Larutan ideal adalah larutan yang
gaya tarik menarik molekul-molekul komponennya sama dengan gaya tarik menarik
anatara molekul dari masing-masing komponennya. Jadi, bila larutan zat A dan B
bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B, sama dengan gaya tarik
antara molekul A dan A atau antara B dan B (Hedricson,
1988).
Bila dua cairan bercampur, maka ruang diatasnya berisi
uap kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen di ruangan
itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni, karena permukaan
larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap
berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing (Hedricson,
1988).
Campuran ideal adalah sebuah
campuran yang menaati hukum Raoult. Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa
dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan kondisinya benar-benar mendekati
keadaan yang ideal (Hedricson,
1988).
Larutan non ideal dapat menunjukkan
penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi daripada yang
diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih
rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut
menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi
kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul pada kasus
kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik
satu sama lain (Oxtoby, 2001)
1.2.1 Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus
CH3CH2OC(O)CH3/ CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam
asetat. Etil Asetat adalah pelarut polar yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen
yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton
yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif
seperti flor,oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30
% dan larut dalam air hingga kelarutan 8 % pada suhu kamar. Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun denikian,senyawa ini tidak stabil
dalam air yang mengandung basa atau asam (Fessenden,
1982).
1.2.2 Toluen
Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan bening tak berwarna yang tak larut
dalam air dengan aroma sepertipengencer
cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalahhidrokarbon
aromatik yang digunakan
secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai pelarut. Seperti
pelarut-pelarut lainnya, toluena juga digunakan sebagai obat inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan. Titik didih toluene 110. 6oC, kepadatan 866. 90 kg/ m3
dan massa molar 92, 14 g/ mol (Fessenden, 1982).
.1.2.3 Larutan Non Elektrolit
Suatu
larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Suatu
larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut
homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi
antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Dogra, 1990).
Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair.
Lazimnya adalah satu komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu
cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau
solvent. Zat yang terlarut disebut solute . dalam hal-hal yag meragukan, zat
yang kuantitasnya lebih kecil disebut zat terlarut. Contoh zat terlarut dalam
suatu campuran 50 : 50 dari etil alkohol dan air (Dogra, 1990).
Fasa cair mempunyai beberapa sifat fisika
diantaranya : titik didih, berat jenis, titik beku, tekanan uap, dan tekanan
osmosis. Suatu zat yang dapat larut, jika ditambahkan pada pelarut maka
akan mengakibatkan berubahnya sifat fisika dari pelarut murni. Sifat koligatif larutan
dimaksud sebagai sifat-sifat fisika larutan yang hanya tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut (Oxtoby,
2001).
Larutan non
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak
menimbulkan gelembung gas. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya
tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang
dapat menghantarkan arus listrik (Oxtoby, 2001).
1.2.4
Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam
larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak
terurai menjadi ion-ion (Oxtoby, 2001).
Sifat
koligatif larutan non elektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan
elektrolitUntuk
memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan hantaran tinggi
diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan dengan
konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena
volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda. Karena
itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah
tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran dinyatakan
dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut (Oxtoby, 2001).
1.2.5
Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Pada setiap
suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam
zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat
terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapan berkurang (Sulaiman, 1990).
Hukum Raoult
adalah larutan yang data tarik menarik antara molekul-molekul yang tidak
sejenis sama dengan gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang sejenis.
Tekanan uap dari masing-masing kompoen penyusunnya sebanding dengan fraksi mol
komponen-komponen tersebut dan sebanding pula dengan tekanan uap murni komponen
penyusunnya (Petrucci, 1987).
Suatu zat
cair pada setiap temperatur mempunyai tekanan uap yang berbeda. Semakin tinggi
temperatur, semakin besar tekanan uap zat cair itu. Berikut ini dapat dilihat
tekanan uap jenuh pelarut air pada berbagai temoperatur .Hukum Raoult suatu
larutan yang sangat encer, yaitu larutan yang memiliki mol fraksi pelarut
jauh lebih besar dari mol fraksi zat terlarut (Petrucci, 1987).
Apabila
sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini berarti
bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri
dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada suhu yang sama, sebuah
larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa
molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan
diri. Ada dua cara untuk melihat hal
ini, yaitu (Oxtoby, 2001):
1. Apabila molekul-molekul dalam larutan
sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari permukaan larutan, ini berarti
bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan demikian, tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu
tinggi untuk memutuskan semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat
larutan ini mendidih. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu
suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
2.
Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu
tertentu, tidak perlu menambah tekanan
uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila
tekanan uapnya rendah, harus
meningkatkan tekanan uapnya setinggi-tingginya sampai besarnya menjadi sama
dengan tekanan udara luar.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat
1. Corong Kaca 4. Statif
dan klem
2. Termometer 5. Gelas ukur 10ml
3. Pipet Tetes 6. Alat Refluk ( Labu leher dua 250ml,
kondensor,
pemanas)
2.2 Bahan
1. Etil Asetat
2. Toluene
2.3 Prosedur
percobaan
1. Alat refluk yang terdiri dari labu leher
dua 250 ml. pemanas dan kondensor dirangkai dan termometer dicelupkan ditengah
larutan tanpa menyentuh labu dan setiap kali larutan ditambah, pemanas dimatikan.
2. 10 ml etil
asetat dimasukkan ke dalam labu dan dipanaskan hingga memdidih. Titik didih
dicatat.
3. Toluene
ditambahkan sebanyak 2 ml hingga 10 ml dan dipanaskan. Titik didih nya dicatat.
4. Campuran
larutan dipindahkan ke wadah kosong dan ditutup.
5. 10 ml toluene
dimasukkan ke dalam labu dan dipanaskan hingga mendidih. Titik didih dicatat.
6. Etil asetat
ditambahkan sebanyak 2 ml hingga 10 ml dan dipanaskan. Titik didih nya dicatat.
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Pengamatan Komposisi Etil Asetat
terhadap Titik Didih
Campuran
|
Fraksi
Mol Etil Asetat
|
Titik
Didih (oC)
|
|
Jumlah
Volume
|
|||
Etil
Asetat (ml)
|
Toluen
(ml)
|
||
10
|
0
|
1
|
76
|
10
|
2
|
0,847
|
79
|
10
|
4
|
0,729
|
82
|
10
|
6
|
0,641
|
85
|
10
|
8
|
0,571
|
89
|
10
|
10
|
0,515
|
93
|
8
|
10
|
0,462
|
80
|
6
|
10
|
0,393
|
83
|
4
|
10
|
0,298
|
87
|
2
|
10
|
0,175
|
94
|
0
|
10
|
0
|
110
|
3.2 Diskusi
Percobaan
ini menggunakan etil asetat dan toluene. Sesuai
dengan referensi yang ada, bahwa titik didih etil asetat sebesar 76 oC
sementara titik didih toluene sebesar 110 oC. Berdasarkan titik
didih yang dijadikan sebagai referensi atau pembanding, maka percobaan ini
mengamati titik didih larutan etil asetat terhadap penambahan toluene atau
pengamatan titik didih toluene terhadap komposisi etil asetat yang lebih
banyak.
Pencampuran
kedua larutan tersebut tetap memperhatikan sifat-sifat larutan masing - masing,
maksudnya apakah kedua larutan tersebut dapat membentuk campuran ideal atau
tidak. Campuran ideal adalah campuran yang menaati Hukum Raoult. Campuran ideal
memiliki gaya tarik menarik yang sangat kuat antara larutan yang dicampurkan
daripada gaya tarik menarik larutan sejenis. Gaya antar molekul yang berikatan mempengaruhi tekanan
uap dari larutan tersebut.
Titik didih larutan dipengaruhi oleh fraksi mol.
Perubahan fraksi mol zat terlarut mengakibatkan perubahan titik didih
campuran.Semakin tinggi titik didih campuran maka semakin tinggi atau besar
pula jumlah fraksi mol zat tersebut, namun apabila titik didih larutan menurun maka
menandakan pula bahwa fraksi mol juga kecil. Dapat dikatakan bahwa antara komposisi
dengan titik didihnya berbanding lurus.
Larutan ideal yang dalam keadaan seimbang antara
larutan dan uapnya, maka perbandingan antara tekanan uap salah satu komponennya
(misal A) PA/PA° sebanding dengan fraksi
mol komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada suhu yang
sama. Dalam sebuah larutan, beberapa molekul
yang berenergi besar dapat menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler
permukaan cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap. Semakin kecil daya
intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu.
Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul - molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan.
Gambar 3.1 Grafik Antara Fraksi Mol
Vs Titik Didih Campuran
Dari grafik diatas ini maka dapat dilihat dengan
meningkatnya fraksi mol etil asetat dan toluene juga meningkat. Pada saat fraksi
etil asetat sama dengan 0, itu menunjukkan bahwa hanya toluene yang dipanaskan mencapai
titik didihnya atau bisa dikatakan volume etil asetat sama dengan 0.
Selanjutnya saat fraksi mol etil asetat sama dengan 1 itu menunjukkan bahwa hanya
etil asetat yang dipanaskan hingga mencapai titik didihnya atau bisa dikatakan bahwa
volume toluene sama dengan 0.
Selain itu dari grafik juga dapat dilihat bahwa
pada pencampuran larutan di dapat titik
didih campuran meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi mol etil asetat. Pada
saat penambahan toluene kedalam etil asetat atau komposisi etil asetat dipertahankan
konstan sebanyak 10 ml sementara komposisi toluene divariasikan jumlah volumenya,
titikdidihetilasetatsemakin lama semakin meningkat dari suhu sebesar 76oC.
Namun pada saat volume toluene yang dijaga konstan namun volume etil asetat divariasikan
maka titik didih campuran turun dari suhu 110 oC.
Penurunan titik didih hanya terjadi apabila
fraksi mol yang didapat juga kecil , sebaliknya apabila terjadi kenaikan titikdidih
yang signifikan itu menandakan fraksi mol larutan tersebut besar atau tinggi.
Sesuai grafik yang dibuat, penyimpangan Hukum Raoult yang terjadi adalah penyimpangan
positif. Penyimpangan positif Hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing
– masing zat lebih kuat daripada interaksi dalam campuran zat ( A – A, B – B
> A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif (endotermik) dan mengakibatkan
terjadinya penambahan volume campuran
(ΔVmix > 0). Dari penyimpangan tersebut dapat diketahui bahwa pencampuran antara
etil asetat dan toluene bukan campuran yang ideal. Gaya antar molekul yang
terjadi pada etil asetat sendiri adalah gaya London, sementara gaya antar molekul
yang terjadi pada toluene sendiri adalah gaya Van der waals. Perbedaan gaya antar
molekul tersebut dapat mempengaruhi ikatan antar molekul campuran. Hal inilah
yang menyebabkan bahwa ikatan antar molekul campuran antar etil asetat dan
toluene sangat lemah atau kecil, namun ikatan antar molekul sejenisnya sangat besar
dan kuat.
Campuran yang
non ideal mempunyai sifat fisika yang
berubah dari keadaan idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif
larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung
pada sifat dan keadaan partikel. Larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi
dua asumsi yaitu zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memberikan konstribusi
pada uapnya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam pelarutnya.
Sifat koligatif larutan meliputi
juga penurunan tekanan uap dan kenaikan titik didih. Dapat diambil kesimpulan bahwa
tekanan uap dipengaruhi oleh gaya antar molekul, semakin besar gaya antar molekulnya
maka semakin kecil tekanan uap campurannya, namun apabila semakin kecil gaya antar
molekulnya maka semakin besar tekanan uapnya.
Berdasarkan teori yang ada bahwa
titik didih etil asetat adalah 77 oC, namun saat percobaan didapat titik didih etil
asetat hanya sebesar 76 oC. Penurunan titik didih etil asetat ini tidak
sesuai dengan literaturatu referensi dikarenakan pada saat praktikum kemungkinan
rangkaian alat tidak benar, artinya masi ada larutan etil asetan yang menguap. Hal
ini mengingatkan juga bahwa larutan etil asetat merupakan larutan yang sangat mudah
menguap.
Penguapan bisa terjadi melalui celah – celah penghubung antara
tempat pemasukan pada mulut labu atau sambungan labu ke kondensor yang tidak tertutup
rapat dan tidak pula ditutup dengan aluminium foil. Penurunan titik didih yang
terjadi seharusnya terlihat signifikan sesuai dengan teori yang ada, namun pada
percobaan penurunan titik didih yang terjadi tidak terlalu jauh selisihnya dengan
titik didih sebelumnya, hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan pengamatan
dalam proses pengukuran suhu melalui termometer atau dikarenakan pada saat untuk
mengukur titik didih selanjutnya larutan tersebut tidak didinginkan terlebih dahulu
sehingga suhunya pun mendekati titik didih yang sebelumnya, begitu pula pada saat
terjadinya kenaikan titik didih.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara titik didih berbanding lurus,
semakin besar titik didih maka semakin besar pula fraksi molnya atau semakin kecil
titik didih maka semakin kecil pula fraksi mol larutan.
2. Tekanan uap campuran dipengaruhi gaya antar molekul campuran tersebut.
Gaya antar molekul berbanding terbalik dengan tekanan uap campuran. Dimana ikatan
antar molekul sejenis lebih kuat daripada ikatan antar molekul campuran.
5.2 Saran
1. Diharapkan
praktikan menggunakan masker dan sarung tangan karena larutan etil asetat dan
toluene merupakan bahan beracun dan mudah terbakar.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra,
S.K. 1990. Kimia Fisika dan
Soal-soal. Jakarta: UI-Press.
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Hedricson.
1988. Kimia Organik.
Bandung: ITB.
Oxtoby.
2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern
jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci,
R. H. 1987. Kimia Dasar
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sulaiman, A. 1990. Kimia Dasar Untuk Universitas. Medan: USU.
Syukri.
1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1.
Mr
Etil Asetat : 88,12
Mr Toluene : 92,14
Etil Asetat : 0,897 gr/cm3
Etil Asetat : 0,897 gr/cm3
Toluene : 0,87
gr/cm3
a.
10
ml Etil Asetat : 0 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,1
-
Ntoluene
:
:
: 0
-
Xetil
asetat :
:
:
1
-
Xtoluene
:
:
: 0
b.
10
ml Etil Asetat : 2 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,1
-
Ntoluene
:
:
: 0,018
-
Xetil
asetat :
:
:
0,847
-
Xtoluene
:
:
: 0,152
c.
10
ml Etil Asetat : 4 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,1
-
Ntoluene
:
:
: 0,037
-
Xetil
asetat :
:
:
0,729
-
Xtoluene
:
:
: 0,279
d.
10
ml Etil Asetat : 6 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,1
-
Ntoluene
:
:
: 0,056
-
Xetil
asetat :
:
:
0,641
-
Xtoluene
:
:
: 0,358
e.
10
ml Etil Asetat : 8 ml Toluene
f. Netil asetat :
:
: 0,1
g.
Ntoluene
:
:
: 0,075
h.
Xetil
asetat :
:
:
0,571
i.
Xtoluene
:
:
: 0,428
j.
10
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,1
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0,515
-
Xtoluene
:
:
: 0,484
k.
8
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,081
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0,462
-
Xtoluene
:
:
: 0,537
l.
6
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,061
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0,393
-
Xtoluene
:
:
: 0,606
m.
4
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,040
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0,298
-
Xtoluene
:
:
: 0,701
n.
2
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0,020
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0,175
-
Xtoluene
:
:
: 0,824
o.
0
ml Etil Asetat : 10 ml Toluene
-
Netil
asetat :
:
: 0
-
Ntoluene
:
:
: 0,094
-
Xetil
asetat :
:
:
0
-
Xtoluene
:
:
: 1
2.
Buat
grafik titik didih sebagai fungsi fraksi mol etil asetat!
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Bagaimana sifat campuran dalam
percobaan ini? Ideal atau tidak? Kalau tidak ideal, penyimpangan mana yang
dapat dilihat?
-
Sifat
dari campuran etil asetat dan toluene bersifat tidak ideal karena terbentuk
penyimpangan
-
Penyimpangan
yang terbentuk adalah penyimpangan positif karena titik didih larutan lebih
rendah dari pada titik didih larutan murni
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Gambar 1. Rangkaian Alat Refluks Gambar 2. Larutan Etil
Asetat dan Toluene
Tidak ada komentar:
Posting Komentar