LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
ISOTHERM ADSORPSI
OLEH
KELOMPOK 2
KELAS C
ARIEF
PRATAMA AVISHA (1407122976)
MAGGIE
DARLENE LAUTAMA (1407113363)
ROHAYA (1407123782)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
Menentukan
isotherm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada
arang.
1.2
Landasan
Teori
1.2.1
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul
atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme penjerapan tersebut dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, jerapans ecara fisika (fisisorpsi) dan jerapan
secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat
oleh adsorben adalah gaya-gaya Van Der Waals. Molekul
terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif
rendah sekitar 20 kJ/mol. Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi
adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi
diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat
kepermukaan adsorben melalui gaya Van Der Waals atau melalui ikatan hidrogen.
Kemudiandiikutiolehadsorpsikimia yang terjadisetelahadsorpsifisika.Dalam
adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan denganmembentukikatankimia
(biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan
bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins,1999).
1.2.2
Penentuan Adsorpsi Isotherm
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses
adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan
isoterm adsorpsi yang sesuai, seperti isoterm Langmuir dan Freundlich.Dibawah
ini akan dibahas satu per satu, diantaranya :
a.
Isotherm Langmuir, meskipun terminologi
adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-1940), penemu teoriadsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate di Chemistry (1932). Isotermadsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,
yaitu:
1. Adsorpsi
hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer)
2. Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan
permukaan
3. Semua
situs dan permukaannya
Persamaan
isotherm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap
terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada
permukaan adsorben dengan molekul-molekul zat yang tidak teradsorpsi.Persamaan
isotherm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut.
Dimana C
merupakankonsentrasiadsorbatdalamlarutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang
terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas
adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari
adsorben. Kurva isotherm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar
1.1.
Gambar
1.1 Kurva
Isoterm Adsorpsi Langmuir
b.
Isoterm
Freundlich, didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul
adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlichsitus-situs aktif
pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isotherm adsorpsi Freundlich
dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log C.....................................................................(2)
Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isotherm adalah
sebagai berikut.
1.
Kurva isoterm yang cenderung datar artinya isoterm yang
digunakan menyerap pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan
2.
Kurva isoterm yang curam
artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi kesetimbangan
(Sandi,2008).
1.2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Adsorpsi
Faktor- faktor yang
mempengaruhiefektifitasadsorbsiantara lain:
1.
Jenis
adsorban, seperti arang, batok, batubara (antrasit), sekam, dan lain-lain
2.
Temperatur
lingkungan (udara, air, cairan), proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin
rendah
3.
Jenis
adsorbat, tergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,
makin sulit diadsorpsi), tarafionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih
mudah diadsorpsi)
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1.
Adsorbsi
lemah (weak), terjadi pada zat anorganik
kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor)
2.
Adsorpsi
menengah (medium), terjadi pada zat
organic alifatik
3.
Adsorpsi kuat (strong)
terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur
benzena, C6H6) (Castellan,1982).
1.2.4
Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi mempunyai empat tahapan antara
lain:
1.
Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film
yang mengelilingi adsorben
2. Difusi adsorbat melalui lapisan film (film diffusion process)
3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori
dalam adsorben (proses adsorpsi sebenarnya)
4.
Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben
5.
Adsorpsi dibatasi terutama oleh proses film diffusion dan pore diffusion, hal ini tergantung olehbesarnya pergolakan dalam sistem.
Jika pergolakan antar partikel karbon dan fluida relative kecil, maka lapisan
film disekeliling partikel akan tebal sehingga adsorpsi berlangsung lambat.
Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka kecepatan difusi film akan meningkat
(Putra,2009).
1.2.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
adsorpsi suatua dsorben diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Luas
Permukaan Adsorben
Semakin
luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap, sehingga proses
adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin
luas permukaan adsorben.
2.
Ukuran
Partikel
Makin kecil ukuran partikel
yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk
butir adalah lebih dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah
200 mesh.
3. Waktu Kontak
Semakin lama waktu kontak
dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih
baik. Konsentrasi zat-zat organic akan turun apabila kontaknya cukupdan waktu kontak biasanya sekitar 10-15
menit.
4. Distribusi Ukuran
Pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul
adsorbat yang masuk
kedalam
partikel
adsorben. Kebanyakan zat pengasorpsi atau adsorben merupakan bahan yang
sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding - dinding pori atau
letak-letak tertentu didalam partikel tersebut (Hendriyana,2005).
BAB II
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1 Alat – Alat
1.
Erlenmeyer 6. Botol Semprot
2.
Pipet
Tetes 7. Corong Kaca
3.
Labu
Takar 8. Kaca Arloji
4.
Buret,
Statif, dan Klem 9. Cawan Penguap
5.
Termometer 10. Oven
2.2
Bahan – Bahan
1.
Larutan Asam Asetat 0.5
M sampai dengan 0.0313 M
2.
Larutan
Standar NaOH 0.1 M
3.
Kartbon
Aktif
4.
Indikator
Fenolftalein
5.
Kertas
Saring
6.
Aluminium
Foil
2.3 Prosedur Percobaan
1.
Arang
diaktifkan dengan memanaskan dalam cawan porselin di
oven. dimasukkan kedalam erlenmeyer tertutup masing-masing 1 gram arang.
2. Larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,5 M; 0,25 M;
0,125 M; 0,0625 M dan 0,0313 M yang dibuat melalui pengenceran, masing-masing
sebanyak 100 ml. Dimasukkan masing- masing larutan ke dalam erlenmeyer
yang telah berisi arang. Tutup labu ini selama 30
menit. Selama 30 menit tersebut, larutan dikocok selama satu menit secara
teratur10 menit.
3. Dicatat
temperature selama percobaan agar tidak terjadi perubahan yang terlalu besar.
4.
Selama
30 menit, disaring setiap larutan menggunakan kertas saring yang kering.
5. Dititrasi
larutan filtare sebagai berikut :
Dari dua larutan dengan konsentrasi paling
tinggi 10 ml, larutan berikutnya 25 ml, dan dari dua larutan dengan konsentrasi
paling rendah diambil masing-masing 50 ml. kemudian dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0.1 M dengan menggunakan indikator PP.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel
3.1 Data Hasil Percobaan
No.
|
m
(gr)
|
Konsentrasi
Asam Awal
|
Konsentrasi
Asam Akhir
|
x
(gr)
|
|
Log
|
Log C
|
1
|
1
|
0,5
|
0,24
|
9,79
|
9,79
|
0,9907
|
-0,6197
|
2
|
1
|
0,25
|
0,17
|
9,68
|
9,68
|
0,9858
|
-0,7695
|
3
|
1
|
0,125
|
0,0632
|
9,49
|
9,49
|
0,9772
|
-1,1992
|
4
|
1
|
0,0625
|
0,0280
|
9,48
|
9,48
|
0,9762
|
-1,5528
|
5
|
1
|
0,0313
|
0,0250
|
9,46
|
9,46
|
0,9758
|
-1,6020
|
3.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kita menggunakan konsentrasi asam
awal yaitu sebesar 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M; dan 0,0313 M sehingga
diperoleh konsentrasi asam akhir yaitu sebesar 0,24 M; 0,17 M; 0,0623 M;0,0280
M; dan 0,0250 M. Konsentrasi asam akhir diperoleh dari hasil titrasi
menggunakan NaOH 0,1 M. Semakin tinggi konsentrasi asam awal maka semakin
tinggi pula volume NaOH yang terpakai. Hal ini sesuai dengan Teori yang
menyatakan semakin besar konsentrasi asam asetat maka volume
NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir akhir titrasi semakin banyak.Hal
ini disebabkan Karena semakin besar konsentrasi, letak antar molekulnya semakin
berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen saat melakukan titrasi.
(Pudjaatmaka, 2002). Semakin tinggi nya volume NaOH terpakai menyebabkan
konsentrasi asam akhir yang diperoleh juga semakin tinggi. Konsentrasi asam
awal lebih tinggi dari konsentrasi asam akhir karena asam asetat telah
diadsorpsi oleh arang aktif. x yang diperoleh adalah sebesar 9,79 gr; 9,68 gr;
9,49 gr; 9,48 gr; dan 9,46 gr. Semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin
tinggi pula nilai x nya.
Gambar
3.1 Kurva Hubungan x/m terhadap C
Gambar 3.2 Kurva Hubungan log x/m dengan
log C
Grafik
diatas merupakan grafik Isoterm adsorpsi Freundlich. Dari grafik diatas dapat
diperoloh nilai k dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat ditulis
log (x/m) = log k +1/n log C dan diperoleh y = 0,014x + 0,997 sehingga diperoleh nilai k = 9,94 dan n = 71,42. Grafik yang diperoleh harus lah
linear untuk menyatakan bahwa hasil praktikum benar (Sukardjo, 1990) namun,
grafik yang diperoleh tidak lah linier dikarenakan adanya ketidak telititian
selama praktikum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Isoterm adsorpsi Freundlich dapat ditentukan dari grafik antara log x/m
dengan log C yaitu y = 0,014x + 0,997
2. Konsentrasi asam akhir tertinggi adalah 0,24 dan konsentrasi asam akhir
terendah adalah 0,0250.
3. Nilai x tertinggi adalah 9,79 gr dan nilai x terendah
adalah 9,46 gr
4.2 Saran
1. Praktikan harus selalu menggunakan
alat perlindungan diri lengkap untuk menghindari terjadinya hal yang tidak
diinginkan.
2. Praktikan harus teliti baik dalam
menimbang, pembuatan larutan maupun pengenceran larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
P.W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Castellan,
G.W. 1982.Physical Chemistry. New
York: General Graphics Services.
Hendriyana,
Ari. 2005. Isoterm Adsorpsi. Semarang:
UNNES press.
Pudjaatmaka,
A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Putra,
A. 2009.Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Isotherm Adsorpsi.Jakarta: Kawan Pustaka.
Sandi,
A.W. 2008. Isotherm Adsorpsi.Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo.
1990. Kimia Anorganik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Yelmida.
2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru:
UNRI press.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1.
Pengenceran
Larutan Asam Asetat
-
0,5 M
V1
. N1 = V2 . N2
V1
. 16 = 100 . 0,5
V1 = 3,12 ml
-
0,25 M
V1
. N1 = V2 . N2
V1
. 16 = 100 . 0,25
V1 = 1,56 ml
-
0,125 M
V1
. N1 = V2 . N2
V1 . 16 = 100 . 0,125
V1
= 0,78 ml
-
0,0625 M
V1 . N1 = V2
. N2
V1 . 16 = 100 . 0,0625
V1
= 0,39 ml
-
0,0313 M
V1 . N1 = V2
. N2
V1 . 16 = 100 . 0,0313
V1 = 0,2 ml
2.
Konsentrasi
Asam Akhir
-
0,5 M
V1 . N1 = V2 . N2
24 . 0,1 = 10 . N2
N2
= 0,24
-
0,25 M
V1 . N1 = V2 . N2
17 . 0,1 = 10 . N2
N2
= 0,17
-
0,125 M
V1
. N1 = V2 . N2
15,8 . 0,1 = 25 . N2
N2=
0,0632
-
0,0625 M
V1 . N1 = V2
. N2
14 . 0,1 = 50 . N2
N2
= 0,028
-
0,0313 M
V1 . N1 = V2 . N2
12,5 . 0,1 = 50 . N2
N2 = 0,025
3.
Berat
NaOH 0,1 M dalam 100 ml aquadest
M = x
0,1
= x
gr = 0,4
gram
4.
Nilai
-
0,5 M
= = 9,79
-
0,25 M
= = 9,68
-
0,125 M
= = 9,49
-
0,0625 M
= = 9,48
-
0,0313 M
= = 9,46
5.
Nilai log
-
0,5 M
Log 9,79 = 0,9907
-
0,25 M
Log 9,68 = 0,9858
-
0,125 M
Log 9,49 = 0,9772
-
0,0625 M
Log 9,48 = 0,9768
-
0,0313 M
Log 9,46 = 0,9758
6. Nilai log C
-
0,5 M
Log 0,24 = -
0,6197
-
0,25 M
Log 0,17 = -
0,7695
-
0,125 M
Log 0,0632 = -
1,1992
-
0,0625 M
Log 0,0280 = -
1,5528
-
0,0313 M
Log 0,0250 = -
1,6020
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.
Apakah
proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi?
-
Pada
percobaan ini adsorpsi yang terjadi merupakan adsorpsi fisik karena memiliki
ciri cirri molekul yang terikat pada absorben dengan gaya Van Der Walls dan
mempunyai entalpi reaksi seta bersifat tidak spesifik
2. Apakah
perbedaan kedua jenis adsorpsi ini? Berikan contoh!
-
Adsorpsi fisik merupakan adsorpsi yang berhubungan dengan
gaya Van Der Walls dan merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik
menarik antara zat terlarut dan lebih besar gaya tarik menarik antar zat
terlarut dan pelarut, maka zat terlarut teradsorpsi tanpa melibatkan energi aktivasi. Contoh :
Adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada 190oC
akan teradsorpsi pada besi.
-
Adsopsi khemisopsi merupakan reaksi yang terjadi antara
zat padat dan terlarut yang teradsorpsi dan terjadi pemutusan serta pembentukan
ikatan kimia, panas adsorpsi nya tinggi dan melibatkan energi aktivasi.
Contohnya : pada suhu 500oC nitrogen adsorpsi teradsorpsi cepat pada
permukaan besi.
3.
Bagaimana
isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat?
-
Isotherm
Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang memuaskan karena
situs – situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan
campuran yang homogen sehingga kurang cocok menggunakan isotherm adsorpsi
Freundlich.
4.
Bagaimana
isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang
memuaskan dibandingkan dengan isotherm adsorpsi Langmuir?
-
Karena
isotherm Freundlich memiliki situs – situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen. Sedangkan isotherm Langmuir bersifat homogen, maka lebih
memuaskan menggunakan isotherm Langmuir.
5.
Bagaimana
bentuk kurva isotherm adsorpsi Langmuir (antara N dengan C untuk larutan, dan
antara v/m dengan P untuk gas)
LAMPIRAN
TUGAS
1.
Tabel
Pengamatan
No.
|
m
(gr)
|
Konsentrasi
Asam Awal
|
Konsentrasi
Asam Akhir
|
x
(gr)
|
|
Log
|
Log C
|
1
|
1
|
0,5
|
0,24
|
9,79
|
9,79
|
0,9907
|
-0,6197
|
2
|
1
|
0,25
|
0,17
|
9,68
|
9,68
|
0,9858
|
-0,7695
|
3
|
1
|
0,125
|
0,0632
|
9,49
|
9,49
|
0,9772
|
-1,1992
|
4
|
1
|
0,0625
|
0,0280
|
9,48
|
9,48
|
0,9762
|
-1,5528
|
5
|
1
|
0,0313
|
0,0250
|
9,46
|
9,46
|
0,9758
|
-1,6020
|
2. Kurva
hubungan terhadap C
3. Kurva hubungan log
dengan log C
4. Tentukan
tetapan k dan n
= k.C1/n
y = 0,014x + 0,0997
y = x + log k
x = 0,014
n =
n = 71,42
log k = 0,997
k = 9,94
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Gambar 1. Arang Aktif Gambar
2. Arang Aktif + Asam Asetat
Gambar
3. Proses
Penyaringan
Gambar 4. Proses Titrasi Gambar 5. Hasil Titrasi
Kak, mau nanya nih.
BalasHapusKenapa yah kak, perhitungan nya gak terlihat kak?
Dan gambar gambar nya kak.
Makasih kak.