LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
KECEPATAN DISOLUSI
OLEH
KELOMPOK 2
KELAS C
ARIEF PRATAMA AVISHA (1407122976)
MAGGIE DARLENE LAUTAMA (1407113363)
ROHAYA (1407123782)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1.
Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
2.
Mempelajari pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan
terhadap kecepatan disolusi suatu zat
1.2
Landasan Teori
1.2.1 Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan
disebut zat terlarut, sedangkan yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain
yang ada didalam larutan disebut pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian perjuta. Sementara itu secara kualitatif komposisi
larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat
(berkonsentrasi tinggi) (Ratih, 2010).
Bila komponen pada zat terlarut ditambahkan terus menerus
ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut
lagi, Misalnya jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan,
pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan.
Jumlah zat terlarut dalam larutan adalah maksimal dan larutannya disebut larutan
jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum,
kelarutan zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu)
sebanding terhadap suhu.Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada pengecualian.
Kelarutan zat cair dalam cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada
kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding
terbalik terhadap suhu (Rara, 2008).
1.2.2 Difusi
Difusi
adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradient
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar
luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh
yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis.Contoh lain
adalah uap air dari cerek
yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler.Difusi
ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau
fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu(Martin, 1990):
- Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
- Ketebalan membran, semakin tebal membran, maka semakin lambat kecepatan difusi.
- Luas suatu area, semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan difusinya.
- Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, maka semakin lambat kecepatan difusinya.
- Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
1.2.3 Kecepatan Disolusi
Disolusi merupakan proses
ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan atau
dengan kata lain proses saat zat padat melarut. Maka kecepatan disolusi dapat
dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang terlarut dalam pelarut
tertentu sebagai fungsi dari waktu. Prinsip disolusi dikendalikan oleh afinitas
antara zat padat dengan pelarut (Rara, 2008).
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses
melarutnya suatu zat dari sediaan padat dalam medium tertentu. Selain itu
disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari
cairan yang menghasilkan suatu dispersi homogen bentuk ion (dispersi molekuler)
sedangkan kecepatan pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya
zat kimia atau senyawa zat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan.
Tetapan laju disolusi
merupakan suatu besaran yang menunjukkan jumlah bagian senyawa zat
yang larut dalam media per satuan waktu. Uji disolusi yang
diterapkan pada sediaan zat bertujuan untuk mengukur serta mengetahui
jumlah zat aktif yang terlarut dalam media pelarut yang diketahui volumenya
pada waktu dan suhu tertentu, menggunakan alat tertentu yang
didesain untuk uji parameter disolusi.
Tahap disolusi meliputi
proses pelarutan zat pada permukaan partikel padat yang membentuk larutan
jenuh di sekeliling partikel yang dikenal sebagai lapisan diam (stagnant
layer). Kemudian zat yang terlarut dalam lapisan diam ini berdifusi ke
dalam pelarut dari daerah konsentrasi zat yang tinggi ke daerah
konsentrasi zat yang rendah (Hadie, 2007).
Dalam bidang farmasi, pengetahuan mengenai kecepatan disolusi atau kelarutan sangat diperlukan untuk membantunya memilih
medium pelarut yang paling baik untuk zat atau kombinasi zat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (di
bidang farmasi), dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.Kelarutan zat dapat dinyatakan dalam beberapa cara.Menurut
U. S. Pharmacopeia dan National
Formulary, definisi kelarutan zat adalah jumlah
ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut. Sediaan
zat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna harus mengalami proses
pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktif akan melarut dan selanjutnya diabsorpsi.
Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi
oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasi sediaannya.
Salah satu sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan karena
pada umumnya zat baru diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna. Oleh
karena itu salah satu usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan
adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Rui, 2010).
Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu
zat , diantaranya yaitu (Yelmida, 2015):
1.
Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar
kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien
difusi zat.Menurut Einstein,
koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut :
D=.....................................................................................(1)
Keterangan :
D: koefisien difusi
r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzman
ή: viskositas pelarut
T: suhu
2.
Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan
disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga
menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat
yang bersifat asam atau basa lemah.
a)
Untuk asam lemah
....................................................................(2)
Jika (H+) kecil atau pH besar maka
kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian,
kecepatan disolusi zat juga meningkat.
b)
Untuk basa lemah
...………………………………………….(3)
Jika (H+) besar atau pH kecil maka
kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian,
kecepatan disolusi juga meningkat.
4.
Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika pengadukan berlangsung cepat,
maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi
pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang
berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan
yang berbeda juga.
7. Sifat Permukaan Zat
Pada
umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan
adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat dengan
pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya
bertambah.
Selain faktor-faktor tersebut
dalam bentuk sediaan seperti tablet formulasi juga sangat berpengaruh misalnya pengaruh
bahan tambahan yang digunakan dan tekanan kompresi yang digunakan saat mencetak
tablet. Bahan tambahan dalam hal ini berpengaruh terutama jika membentuk kompleks
yang tidak larut.
Supaya partikel padat terdisolusi
maka molekul solute pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat,
kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki pelarut. Tergantung pada kedua
proses ini dan bagaimana cara proses transport berlangsung maka perilaku disolusi dapat digambarkan secara fisika.
Dari segi kecepatan disolusi yang terlibat dalam zat murni, ada 3 model fisika umum diantaranya
(Rui, 2010):
a. Model
lapisan difusi (diffusion
layer model).
Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan
dengan ketebalan ℓ , merupakan komponen kecepatan negatif dengan arah yang
berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat-cair berlangsung
cepat. Begitu model solut melewati antar muka “liquid film – bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan
gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh
difusi gerakan brown dari molekul dalam liquid
film.
b. Model barrier antar muka (interfacial barrier
model).
Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada
permukaan padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis
cairan. Sebagai hasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan,
dan hal ini harus dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada
antar muka padat-cair sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses
transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan
tipis statis (stagnant).
c. Model
Dankwert (Dankwert model).
Model
ini beranggapan bahwa transport solid menjauhi permukaan padat terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antarmuka padat-cair karena terjadi pusaran difusi secara acak (Rui,
2010).
Banyak cara untuk mengungkapkan hasil kecepatan pelarutan suatu zat atau sediaan.
Selain persamaan di atas cara lain untuk mengungkapkan pelarutan adalah sebagai berikut :
1.
Metode Klasik
Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu
t, yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90, dan sebagainya.Karena dengan metode ini
hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi di luar titik tersebut
tidak diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif
yang terlarut pada waktu tertentu.
2.
Metode Khan
Metode ini kemudian dikenal dengan konsep dissolution
efficiency (DE) area di bawah kurva disolusi
di antara titik waktu
yang ditentukan. Beberapa peneliti menyaratkan bahwa penggunaan DE sebaiknya mendekati
100% zat yang terlarut. Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat menggambarkan seluruh proses percobaan yang dimaksud dengan harga
DE.
b. Dapat menggambarkan hubungan antara percobaan in vitro dan invivo karena penggambaran dengan cara
DE ini mirip dengan cara penggambaran percobaan in vivo.
3. Metode linierisasi kurva
kecepatan pelarutan dengan menggunakan sebagai
contoh persamaan
Wagner.
Berdasarkan
pada asumsi sebagai berikut
(Rui, 2010):
a.
Kondisi percobaan harus dalam keadaan zink yaitu
Cs>>>C.
b. Proses pelarutan mengikuti orde I.
c. Luas permukaan spesifik (S) turun secara eksponensial fungsi waktu.
d. Kondisi proses pelarutannya non reaktif.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat- alat
1. Mechanical
Stirrer 7. Erlenmeyer
2. Water
Batch 8. Buret
3. Pipet
Volume 9. StatifdanKlem
4. GelasUkur 10. BatangPengaduk
5. Pipet
Tetes 11. Termometer
6. Gelas
Kimia
2.2
Bahan- bahan
1. AsamSalisilat
2. NaOH
0,05 N
3. Indicator
PP
4. Aquadest
2.3
Prosedur Percobaan
2.3.1 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat
1. Gelas
kimia diisi dengan 400 ml aquadest
2. Termometer
dipasang pada bejana untuk mengamati suhu
3. 1
gram asam salisilat dimasukkan kedalam bejana dalam water batch suhu ruang.
Motor dihidupkan pada kecepatan 100 rpm
4.
20 ml larutan diambil
setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit. Dan segera digantikan dengan 20
ml aquadest.
5.
NaOH 0,05 N dan
indikator PP digunakan untuk titrasi asam basa
6.
Percobaan dilakukan
dengan kecepatan pengadukan 200 dan 300 rpm.
3.3.2 Pengaruh Waktu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
1. Gelas
kimia diisi dengan 400 ml aquadest
2. Termometer
dipasang pada bejana untuk mengamati suhu
3.
1 gram asam salisilat dimasukkan kedalam
bejana dalam water batch suhu ruang. Motor dihidupkanpadakecepatan 100 rpm
4.
20 ml larutan diambil
setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,dan 20 menit. Dan segera digantikan dengan 20
ml aquadest.
5.
NaOH 0,05N dan indikator
PP digunakan untuk titrasi asam basa
6.
Percobaan dilakukan
untuk pada suhu 400C dan 500 C
2.4
Data
Pengamatan (Volume NaOH 0,05 N yang terpakai)
Tabel 2.1 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi
Zat
Waktu (Menit)
|
100 rpm
|
200 rpm
|
300 rpm
|
Volume NaOH terpakai (ml)
|
|||
1
5
10
15
20
|
2,3
2,6
3,1
3,9
4,2
|
0,3
1,7
3
3,2
3,3
|
0,6
1,3
3,3
3,8
4,1
|
Perubahan
Warna
|
Merah Muda
|
Merah Muda
|
Merah Muda
|
Tabel 2.2 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan
Disolusi Zat
Waktu (Menit)
|
Suhu Ruang
|
Suhu 400C
|
Suhu
500 C
|
Volume
NaOH terpakai (ml)
|
|||
1
5
10
15
20
|
2,3
2,6
3,1
3,9
4,2
|
0,9
2,4
3,3
4
5
|
2,3
3,2
4,8
5,6
6,2
|
Perubahan Warna
|
Merah Muda
|
MerahMuda
|
MerahMuda
|
Tabel 2.3 Data Pengamatan Perubahan
Warna yang Terjadi
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
Aquadest 400 ml + 1 gram Asamsalisilat
Larutan + indicator PP
Larutan + indikator PP
+ dititrasi dengan
NaOH 0,05 N
|
Berwarna bening
Berwarna bening
Berwarna merah muda
|
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Yelmida. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Pekanbaru : UNRI Press.
Rara.
2008. Uji Disolusi (ketersediaan hayati
in vitro). http://rara87.wordpress.co/2008/11/29/uji-ketersediaan-hayati-in-vitro/.
Diakses Tanggal 11 november 2015.
Rvi,
Reena. 2010. Teknologi Sediaan Farmasi.
http://real-pharmacist-reenarvi.scribd.com/. Diakses Tanggal 11 November 2015
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil
3.1.1 Pengaruh
Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Tabel
3.1 Pengaruh
Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Waktu
(Menit)
|
100 rpm
|
200 rpm
|
300 rpm
|
N Asam Salisilat (N)
|
N Asam Salisilat (N)
|
N Asam Salisilat (N)
|
|
1
|
0,00575
|
0,00075
|
0,0015
|
5
|
0,0065
|
0,00425
|
0,00325
|
10
|
0,00775
|
0,0075
|
0,00825
|
15
|
0.00975
|
0,008
|
0.0095
|
20
|
0.0105
|
0,0095
|
0,01025
|
3.1.2 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Tabel 3.2 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan
Disolusi Zat
Waktu
(Menit)
|
Suhu
Ruang (27oC)
|
40oC
|
50oC
|
N
Asam Salisilat (N)
|
N
Asam Salisilat (N)
|
N Asam Salisilat (N)
|
|
1
|
0,00575
|
0,00225
|
0,00575
|
5
|
0,0065
|
0,006
|
0,008
|
10
|
0,00775
|
0,00825
|
0,012
|
15
|
0.00975
|
0,01
|
0,014
|
20
|
0.0105
|
0,0125
|
0,0155
|
4.2 Diskusi
Metode yang digunakan
dalam praktikum ini adalah metode suspensi, dimana serbuk asam salisilat
dimasukkan ke aquadest tanpa melakukan pengontrolan eksak terhadap luas
permukaan partikel dan sampel diambil pada waktu tertentu dan kadar zat
terlarut ditentukan.
Pada percobaan pertama
yaitu pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disoulusi zat dilakukan
pengambilan sebanyak 5 kali perubahan kecepatan pengadukan. Kecepatan
pengadukan yang digunakan adalah 100 rpm, 200 rpm, dan 300 rpm. Dan setiap kali
penggantian kecepatan pengadukan larutan diambil sebanyak 5 kali yaitu pada
waktu 1 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit.
Dari hasil pengamatan,
konsentrasi asam salisilat yang terlarut pada waktu 20 menit lebih banyak
dibandingkan konsentrasi asam salisilat yang terlarut pada waktu 1 menit. Dapat
disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengadukan maka semakin banyak pula zat
yang terlarut sehingga konsentrasi zat yang terlarut pun semakin banyak. Hal
ini disebabkan semakin lamany waktu, maka semakin banyak molekul – molekul zat
yang bertumbukan.
Konsentrasi asam
salisilat yang terlarut pada kecepatan pengadukan 200 rpm lebih banyak dari
pada konsentrasi asam salisilat yang terlarut pada kecepatan pengadukan 100
rpm. Begitu pula kecepatan pengadukan 300 rpm, konsentrasi asam salisilat yang
terlarut lebih banyak dibandingkan kecepatan pengadukan 100 rpm dan 200 rpm. Percobaan ini membuktikan bahwa semakin cepat
kecepatan pengadukan maka semakin banyak konsentrasi zat terlarut. Hal ini
disebabkan oleh semakin banyak nya molekul – molekul zat yang bertumbukan
sehingga konsentrasi zat yang terlarut pun semakin besar (Hadie, 2007).
Pada percobaan kedua
yaitu pengaruh suhu terhadap kecepatan disoulusi zat dilakukan pengambilan
sebanyak 5 kali perubahan suhu. Suhu yang digunakan adalah suhu ruang yaitu 27oC,
suhu 40oC dan 50oC. Setiap kali penggantian suhu larutan
diambil sebanyak 5 kali yaitu pada waktu 1 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit
dan 20 menit.
Konsentrasi asam
salisilat yang terlarut pada suhu 40oC lebih banyak dari pada
konsentrasi asam salisilat yang terlarut pada suhu ruang yaitu 27oC.
Begitu pula pada suhu 50oC, konsentrasi asam salisilat yang terlarut
lebih banyak dibandingkan suhu ruang dan suhu 40oC. Percobaan ini
membuktikan bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin banyak konsentrasi zat
terlarut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kenaikan suhu memperbesar
kelarutan zat yang bersifat endotermik serta memperbesar konsentrasi zat
tersebut (Yelmida, 2015) dan juga memperluas bidang sentuh zat terlarut
tersebut, sehingga konsentrasi zat terlarut semakin tinggi. Jadi, baik waktu,
suhu maupun kecepatan pengaduk sangat berpengaruh terhadap kecepatan disolusi
suatu zat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu, maka konsentrasi zat terlarut
semakin meningkat.
2. Semakin cepat pengadukan, maka konsentrasi zat
terlarut semakin meningkat.
4.2 Saran
1. Praktikan harus berhati – hati saat pemasangan
rangkaian alat
2. Praktikan harus teliti pada saat melakukan titrasi
3. Praktikan harus selalu memerhatikan waktu agar hasil
yang diperoleh maksimal
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1.
Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan
Disolusi Zat
a.
100 rpm
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00575
N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,6 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0065 N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,1 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00775
N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,9 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00975
N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
4,2 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0105 N
b.
200 rpm
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
0,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00075
N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
1,7 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00425
N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0075 N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,2 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,008 N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,8 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0095 N
c.
300 rpm
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
0,6 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0015 N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
1,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00325
N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00825
N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,8 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0095 N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
4,1 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,001025
N
2.
Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat
a.
Suhu Ruang (27oC)
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00575
N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,6 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0065 N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,1 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00775
N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,9 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00975
N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
4,2 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00105
N
b.
40oC
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
0,9 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00225
N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,4 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,006 N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00825
N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
4 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,01 N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
5 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0125 N
c.
50oC
-
1 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
2,3 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,00575
N
-
5 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
3,2 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0008 N
-
10 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
4,8 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,012 N
-
15 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
5,6 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,014 N
-
20 menit
V1 x N1 =
V2 xN2
6,2 x 0,05 = 20 x N2
N2 = 0,0155 N
3.
Perhitungan NaOH
N = x
0,05 = x
gr = 0,2 gr
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.
Apa beda difusi dan
disolusi?
-
Difusi adalah peristiwa
mengalisnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah.
-
Disolusi adalah proses
dimana suatu zat padat terlarut atau masuk ke dalam pelarut yang menghasilkan larutan.
2.
Terangkan definisi
pengadukan!
-
Pengadukanadalahsuatuperistiwapencampuranduazatataulebihuntukmemperolehhasilcampuran
yang homogen.
3.
Sebutkan 5 macam
inpeller yang dapat digunakan dalam proses pengadukan!
-
Axial flow impeller
-
Flat blade turbine
-
Turbine
-
Anchor impeller
-
Helical impeller
4.
Bagaimanan pengaruh
temperatur dann kecepatan pengadukkan terhadap kecepatan disolusi zat!
-
Suhu dan pengadukan
merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi. Semakin besar suhu dan
kecepatan pengadukan maka semakin banyak zat terlarut dan semakin tinggi
konsentrasi.
LAMPIRAN
TUGAS
1.
Buatlah kurva antara
konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk setiap kecepatan
pengadukan!
2.
Buatlah kurva antara konsentrasi
asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk
setiap
suhu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar